Rabu, 10 Februari 2010

Laporan KBMP Rosinta Lado

Nama : ROSINTA LADO
Nim : 0000000000
Fakultas : EKONOMI

BAB I

IDENTIFIKASI MASALAH DAN RENCANA KEGIATAN
1.1 Diskripsi Masalah Berdasarkan Disiplin Ilmu
Penguasaan Aset Ekonomi Masyarakat
Aset Tanah
• Penduduk yang tidak memiliki tanah sejumlah 13 orang,
• Penduduk yang memiliki tanah antara 0,1-0,2Ha sejumlah 12 orang,
• Penduduk memiliki tanah antara 0,21-0,3Ha sejumlah 17 orang,
• Penduduk memiliki tanah antara 0,31-0,4 Ha sejumlah 15 orang,
• Penduduk yang memiliki tanah antara 0,41-0,5Ha sejumlah 14 orang,
• Penduduk yang memiliki tanah antara 0,51-0,6Ha sejumlah 24 orang,
• Penduduk yang memiliki tanah antara 0,61-0,7Ha sejumlah 18 orang,
• Penduduk yang memiliki tanah antara 0,71-0,8Ha sejumlah 15 orang,
• Penduduk yang memiliki tanah antara 0,81-0,9Ha sejumlah 20 orang,
• Penduduk yang memiliki tanah antara 0,91-1,0Ha sejumlah 17 orang,
• Penduduk yang memiliki tanah antara 1,0-5,0Ha sejumlah 20 orang,
• Penduduk yang memiliki tanah antara 5,0-10Ha sejumlah 35 orang,
• Penduduk yang memiliki tanah lebih dari 10 Ha sejumalah 27 orang,
Aset Rumah
• Penduduk yang memiliki rumah tembok sejumlah 65 orang,
• Penduduk yang memiliki rumah kayu sejumlah 3 orang,
• Penduduk yang memiliki rumah bambu sejumlah 100 orang,
• Penduduk yang memiliki rumah keramik sejumlah 4 orang,
• Penduduk yang memiliki rumah semen sejumlah 63 orang,
• Penduduk yang memiliki rumah tanah sejumlah 100 orang,
• Penduduk yang memiliki rumah beratap seng sejumlah 100 orang,
• Penduduk yang memiliki rumah beratap ilalang sejumlah 147 orang.
Bidang Pertanian
Sektor pertanian dapat dibagi menjadi 2 (dua) yakni tanaman pangan dan dan tanaman buah-buahan, yang kedua-duanya dimiliki desa. Keunggulan jenis tanaman pangan jika dilihat dari komoditasnya adalah jagung dan ubi kayu. Jagung ditanami di atas lahan seluas 175 Ha dan ubi kayu ditanami di atas lahan seluas seluas 175 Ha. Jumlah produksi per tahun masih belum diketahui.
Tanaman buah-buahan yang menjadi unggulan desa ialah jeruk keprok dan alpukat. Untuk tanaman jeruk keprok ditanam di atas lahan seluas 2 Ha dan alpukat seluas 2 Ha. Untuk jumlah produksi per tahun masih belum diketahui.
Untuk pengembangan potensi jeruk keprok, pemerintah telah mengupayakan program kerja sama dengan berbagai pihak baik pemerintah dan non pemerintah guna meningkatkan produktifitas hasil jeruk, antara lain melalui pelatihan penanaman dan pemeliharaan jeruk, pengolahan buah jeruk menjadi sirup dan upaya membuka dan memperluas pemasaran hasil jeruk dan olahan jeruk.
Potensi Unggulan Desa Bidang Perkebunan
Potensi unggulan desa di bidang perkebunan ialah jenis tanaman kelapa dan pinang. Untuk jenis tanaman kelapa ditanam di atas lahan seluas lebih dari 20 Ha dan untuk jenis tanaman pinang ditanam di atas lahan seluas 10 Ha. Sedangkan untuk jumlah produksi kedua jenis tanaman unggulan desa ini belum diketahui.
Potensi Unggulan Desa Bidang Peternakan
Potensi unggulan desa di bidang peternakan ialah sapi paron dan babi. Untuk mengembangkan potensi sapi, program-program pemberdayaan sapi dan bagi masyarakat yang bertujuan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat desa telah dilakukan oleh pemerintah desa dengan bekerja melalui kerja sama dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun non pemerintah.
Potensi Unggulan Desa Bidang Pertanian
Sektor pertanian dapat dibagi menjadi 2 (dua) yakni tanaman pangan dan dan tanaman buah-buahan, yang kedua-duanya dimiliki desa. Keunggulan jenis tanaman pangan jika dilihat dari komoditasnya adalah jagung dan ubi kayu. Jagung ditanami di atas lahan seluas 175 Ha dan ubi kayu ditanami di atas lahan seluas seluas 175 Ha. Jumlah produksi per tahun masih belum diketahui.
Tanaman buah-buahan yang menjadi unggulan desa ialah jeruk keprok dan alpukat. Untuk tanaman jeruk keprok ditanam di atas lahan seluas 2 Ha dan alpukat seluas 2 Ha. Untuk jumlah produksi per tahun masih belum diketahui.
Untuk pengembangan potensi jeruk keprok, pemerintah telah mengupayakan program kerja sama dengan berbagai pihak baik pemerintah dan non pemerintah guna meningkatkan produktifitas hasil jeruk, antara lain melalui pelatihan penanaman dan pemeliharaan jeruk, pengolahan buah jeruk menjadi sirup dan upaya membuka dan memperluas pemasaran hasil jeruk dan olahan jeruk.
Potensi Unggulan Desa Bidang Perkebunan
Potensi unggulan desa di bidang perkebunan ialah jenis tanaman kelapa dan pinang. Untuk jenis tanaman kelapa ditanam di atas lahan seluas lebih dari 20 Ha dan untuk jenis tanaman pinang ditanam di atas lahan seluas 10 Ha. Sedangkan untuk jumlah produksi kedua jenis tanaman unggulan desa ini belum diketahui.
Potensi Unggulan Desa Bidang Peternakan
Potensi unggulan desa di bidang peternakan ialah sapi paron dan babi. Untuk mengembangkan potensi sapi, program-program pemberdayaan sapi dan bagi masyarakat yang bertujuan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat desa telah dilakukan oleh pemerintah desa dengan bekerja melalui kerja sama dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun non pemerintah.
Bidang Pertanian, Perkebunan dan Peternakan
Peluang pengembangan bidang pertanian, perkebunan dan peternakan dapat dilakukan melalui strategi pengembangan yang terpadu. Maksudnya ialah keterpaduan upaya pengembangan ketiga sektor di atas dilaksanakan secara komprehensif dan mutualis simbiosis. Bidang pertanian memang merupakan bidang yang bibedakan dengan perkebunan atau peternakan, tetapi potensi pengembangan yang memanfaatkan dukungan-dukungan internal atau eksternal dari tiap-tiap bidang dapat menjadi salah satu kunci yang menentukan keberhasilan pengembangan ketiga bidang ini. Beberapa peluang pengembangan yang strategis ialah peningkatan produktivitas tanaman pangan dan tanaman perkebunan serta holtikultura, optimalaisasi pemanfaatan lahan, pengembangan usaha pertanian dan pengembangan kelembagaan di bidang pertanian dan perkebunan.
Dalam konteks SMD, potensi pengembangannya dilihat dari telah tumbuhnya kelompok-kelompok pengembangan komoditi pertanian, luas lahan yang tersedia serta prospek pasar jeruk keprok dan alpukat sebagai komoditi tanaman jenis buah-buahan yang menjadi unggulan atau primadona dari bidang pertanian. Akan tetapi, kelemahan yang dimiliki dari segi pertanian ialah dari ketersediaan lahan penanaman jeruk keprok seluas 2 Ha, lahan tanam tersebut masih tersebar-sebar dan ditanami secara heterogen atau bercampur dengan jenis-jenis tanaman linnya, masih ada lahan yang belum dimanfaatkan, hasil produksi bersifat statis bahkan ada kecendrungan menurun dari tahun ke tahun, keterbatasan modal untuk budi daya jeruk, masih rendahnya pengetahuan dan keterampilan serta motivasi untuk mengupayakan pengembangan demi mencpai tingkat produksi tanaman jeruk keprok yang tinggi dan berkualitas. Selain itu, untuk meningkatkan produktivitas hasil pengolahan pertanian, jeruk keprok dapat dikembangkan menjadi sirup jeruk dengan memanfaatkan teknologi pengolahan sederhana untuk hasil pertanian.
Bidang Pertanian dan Perkebunan
Kelemahan berkaitan dengan pengembangan potensi di bidang pertanian dan perkebunan ialah ketersediaan lahan pertanian tidak dikuasai secara merata. Hal ini mengakibatkan banyak lahan pertanian atau perkebunan yang tidak tergarap. Bagi mereka yang memiliki lahan yang luas, tidak memiliki tenaga yang cukup untuk mengolah lahan mereka, sedangkan bagi mereka tidak memiliki lahan harus menggarap lahan orang dan hal ini berdampak pada ketidakmemadaian hasil yang mereka peroleh guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kelemahan lain juga berkaitan dengan tingkat kesadaran masyarakat untuk menekuni usaha pembudidayaan komoditas pertanian primadona yakni jeruk keprok. Upaya pengembangan dari segi SDM walaupun telah cukup diupayakann, namun masih diperlukan dorongan yang ekstra untuk membawa masyarakat pada tataran proaktif sebagai petani jeruk dengan tingkat produksi jeruk yang tinggi baik dari segi kuantitas maupun berkualitas.
Kelemahan lainnya berkaitan dengan keterbatasan teknologi pengolahan dan modal usaha pengembangan di bidang pertanian dan perkebunan. Dukungan pemerintah dalam bentuk teknologi pengolahan dan modal masih merupakan problem yang dialami masyarakat. Jikalaupun ada, maka lebih banyak mengandalkan dukungan pihak ketiga. Kelemahan juga berkaitan dengan dukungan pemerintah dalam mewadahi pemasaran jeruk keprok yang benar-benar memberikan jaminan /kepastian pemasaran bagi petani jeruk, sehingga dapat berdampak peningkatan kesejahteraan hidup petani.
Dan kelemahan yang masih dianggap signifikan ilah belum adanya lembaga pertanian rakyat yang mandiri yang dapat mewadahi keseluruhan pergumulan para petani. Kelembagaan yang memberikan dukungan secara politis, teknik pembudidayaan secara profesional, pengembangan atau perluasan jejaring guna penggalangan dana, teknologi, pasar dan lainnya guna.
Bidang Pertanian
Hambatan yang terdapat dalam upaya pengembangan di bidang pertanian dan perkebunan ialah penguasaan lahan pertanian dan perkebunan yang tidak merata. Selain itu, hambatan yang tidak terlepas dari hambatan pertama ialah dengan kondisi penguasaan lahan yang tidak merata, telah mengakibatkan ketidakmasimalan penggunaan lahan yang ada. Beberapa orang memiliki lahan pertanian dan perkebunan dengan luas di atas 10 Ha, tentu saja tidak dapat mengolahnya secara optimal hanya dengan mengandalkan tenaga mereka sendiri serta dengan menggunakan teknologi pertanian atau perkebunan yang tradisional.
Hambatan lainnya ialah dengan keterbatasan penguasaan lahan dan pemanfaatannya, mayoritas penggarap lahan yang mempergunakan tanah milik tuan-tuan tanah hanya dapat menanam tanaman umur pendek yang diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Sedangkan, untuk jenis tanaman produktif para penggaran tidak dapat mengupayakannya, karena lahan yang ada bukan milik mereka. Padahal, diakui bahwa salah satu kunci pengembangan ekonomi masyarakat di bidang pertanian dan perkebunan ialah para petani dapat menanam tanaman produktif yang memberikan kentungan jauh lebih besar dan lebih lama bagi mereka.
Hambatan lainnya ialah masyarakat juga memiliki tingkat kesadaran yang rendah untuk menekuni usaha pembudidayaan komoditas pertanian primadona seperti jeruk keprok. Hambatan seperti pengunaan teknologi penanaman, perawatan dan pengolahan hasil jeruk juga terlihat jelas dimasyarakat. Dan hambatan yang masih dianggap signifikan ialah pengembangan sektor pertanian dan perkebunan tidak didukung dengan lembaga pertanian berbasis rakyat yang mandiri sehingga dapat mewadahi keseluruhan pergumulan para petani. Kelembagaan yang memberikan dukungan secara politis, teknik pembudidayaan secara profesional, pengembangan atau perluasan jejaring guna penggalangan dana, teknologi, pasar dan lainnya guna.
Pertanian dan Perkebunan
Di bidang pertanian upaya pengembangan mememui beberapa permasalahan. Pertama, penguasaan lahan pertanian dan perkebunan yang tidak merata. Kedua, tidak terlepas dari permasalahan pertama ialah dengan kondisi penguasaan lahan yang tidak merata telah mengakibatkan ketidakmasimalan penggunaan lahan yang ada. Beberapa orang memiliki lahan pertanian dan perkebunan dengan luas di atas 10 Ha, tentu saja tidak dapat mengolahnya secara optimal hanya dengan mengandalkan tenaga mereka sendiri serta dengan menggunakan teknologi pertanian atau perkebunan yang tradisional. Dalam kondisi keterbatasan penguasaan lahan dan pemanfaatannya mayoritas penggarap lahan yang mempergunakan tanah milik tuan-tuan tanah hanya dapat menanam tanaman umur pendek yang diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Sedangkan, untuk jenis tanaman produktif para penggaran tidak dapat mengupayakannya karena lahan yang ada bukan milik mereka. Padahal, diakui bahwa salah satu kunci pengembangan ekonomi masyarakat di bidang pertanian dan perkebunan ialah para petani dapat menanam tanaman produktif yang memberikan kentungan jauh lebih besar dan lebih lama bagi mereka. Ketiga, permasalahan berkaitan dengan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk menekuni usaha pembudidayaan komoditas pertanian primadona seperti jeruk keprok. Keempat, pengunaan teknologi penanaman, perawatan dan pengolahan hasil jeruk yang masih sangat tradisoinal . Kelima, permasalahan yang sifatnya cukup signifikan yakni pengembangan sektor pertanian dan perkebunan tidak didukung dengan lembaga pertanian berbasis rakyat yang mandiri sehingga dapat mewadahi keseluruhan pergumulan para petani. Peran kelembagaan pertanian rakyat dapat memberikan dukungan secara politis, pengetahuan dan keterampilan secara profesional, pengembangan atau perluasan jejaring guna penggalangan dana, teknologi, pasar dan lainnya.
Bidang Ekonomi
Sebagaiman memperhatikan peluang pengembangan ekonomi yang merupakan agenda pembangunan nasional Indonesia, difokuskan pada penanggulangan kemiskinan, pengurangan kesenjangan, peningkatan kesempatan kerja, revitalisasi pertanian, perkebunan, peternakan dan sektor kerajinan di pedesaan, usaha pembangunan khususnya di negara berkembang, tidak bisa terlepas dari wilayah pedesaan. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk di negara berkembang masih bermukim di daerah pedesaan dan mayoritas masih dalam kondisi miskin. Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan di negara berkembang dapat dilihat dari perkembangan di wilayah pedesaan itu sendiri. Sesuai dengan pencitraan pedesaan pada umumnya, komunitas pedesaan identik dengan para petani dan kehidupan para petani. Oleh karena itu, kehidupan pedesaan tidak lepas dari perilaku ekonomi yang khas dari keluarga petani yaitu pola kelembagaan ekonomi pedesaan yang belum dapat meninggalkan ciri masyarakat ekonomi pertanian yang berorientasi subsisten. Kegiatan perekonomian di pedesaan masih didominasi oleh usaha-usaha skala mikro dan kecil dengan pelaku utama para petani, buruh tani, pedagang sarana produksi dan hasil pertanian, pengolah hasil pertanian, pengrajin, buruh serta pengecer. Apalagi, desa didukung dengan tingkat pengembangan SDM masyarakatnya yang ditandai dengan adanya kelompok-kelompok usaha berbasis masyarakat yang telah terbentuk melalui program-program pemberdayaan masyarakat, baik dalam bidang pertanian, peternakan, perkebunan dan kerajinan.
Namun demikian, para pelaku usaha ini pada umumnya masih dihadapkan pada permasalahan klasik yaitu terbatasnya ketersediaan modal. Sebagai unsur esensial dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat pedesaan, keterbatasan modal dapat membatasi ruang gerak aktivitas sektor pertanian dan pedesaan. Dalam jangka panjang, kelangkaan modal bisa menjadi entry point terjadinya siklus rantai kemiskinan pada masyarakat pedesaan yang sulit untuk diputus.
Untuk menjawab permasalahan keterbatasan modal serta dengan kemampuan fiskal pemerintah yang semakin berkurang, maka perlu lebih mengoptimalkan potensi lembaga keuangan yang dapat menjadi alternatif sumber dana bagi masyarakat pedesaan. Salah satu kelembagaan keuangan yang dapat dimanfaatkan dan didorong untuk membiayai kegiatan perekonomian di pedesaan yang mayoritas usaha penduduknya masuk dalam segmen mikro adalah Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Secara sederhana, LKM dapat diartikan sebagai suatu lembaga jasa layanan keuangan tabungan dan kredit (simpan-pinjam) dalam skala mikro dan kecil yang berkelanjutan bagi masyarakat yang mempunyai usaha skala mikro dan kecil. Bentuk-bentuk dari LKM ini beraneka ragam, bisa berbentuk renteni sampai berbentuk koperasi simpan pinjam. Keberadaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan indikator berjalannya roda perekonomian di suatu desa, mengingat populasi UKM pada tahun 2007 di Indonesia mencapai 49,8 juta (99%) dari jumlah usaha 49,845 unit usaha. Oleh karena itu, diperlukan dukungan atau bantuan berupa modal, baik berupa uang maupun teknologi kepada pelaku UKM yang dijalankan masyarakat desa sendiri. Dalam perkembangannya, lembaga-lembaga keuangan mikro ini lebih mengena di kalangan pelaku UKM karena sifatnya yang lebih fleksibel, misalnya dalam hal persyaratan dan jumlah pinjaman yang tidak seketat persyaratan perbankan maupun keluwesan pada pencairan kredit. Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa keberadaan lembaga-lembaga keuangan mikro sesuai dengan kebutuhan pelaku UKM, yang umumnya membutuhkan pembiayaan sesuai skala dan sifat usaha kecil. Mengingat pentingnya ranah ekonomi yang merupakan titik sentral dalam kehidupan masyarakat pedesaan, maka dalam pembangunan ekonomi di Desa Binaus diperlukan upaya untuk menumbuhkan dan merevitalisasi kelembagaan khususnya di bidang ekonomi untuk bisa memaksimalkan sumberdaya yang ada di masyarakat pedesaan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
1.2 Penentuan Masalah Berdasarkan Skala Prioritas atau Urgensi
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dari berbagai bidang pembangunan di atas, maka penentuan masalah berdasarkan skala prioritas atau urgensi dapat dilakukan. Dengan demikian, dapat dideskripsikan secara singkat masalah prioritas atau urgen dalam upaya pengembangan bidang-bidang pembangunan desa selama kurun waktu melaksanakan program Kegiatan Belajar dan Pendampingan Masyarakat (KBPM).
Bidang Pertanian dan Perkebunan
Permasalahan urgen yang dihadapi dalam upaya pembangunan di bidang pertanian dan perkebunan ialah penguasaan lahan pertanian dan perkebunan yang tidak merata. Dilakukan melalui upaya advokasi dan lobi untuk dilakukan sertivikasi lahan secara merata atau peminjaman lahan dalam jangka waktu yang lama. Upaya ini sekaligus untuk mengatasi masalah kedua yakni ketidakmasimalan penggunaan lahan yang ada, sebab akan ada lebih banyak tenaga pengelola lahan ketika sertifikasi berlangsung.
Permasalahan yang sifatnya cukup urgen bagi sektor pertanian dan perkebunan ialah membangun lembaga pertanian rakyat, sistim lumbung dan penguatan jejaring pertanian rakyat untuk komoditas unggul. Kelembagaan pertanian ini akan berperan dalam memberikan dukungan secara politis, pengetahuan dan keterampilan secara profesional, pengembangan atau perluasan jejaring guna penggalangan dana, teknologi, pasar dan lainnya bagi peningkatan produksi pertanian dan perkebunan di wilayah desa.
Pembudidayaan tanaman umur panjang yang memiliki tingkat produktifitas menjadi salah satu terobosan atau kunci pengembangan ekonomi masyarakat di bidang pertanian dan perkebunan, sebab memberikan kentungan jauh lebih besar dan lebih lama bagi mereka. Dan untuk masalah rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk menekuni usaha pembudidayaan komoditas pertanian primadona seperti jeruk keprok diupayakan melalui sosialisasi dan aksi percontohan homogenisasi pembudidayaan jeruk keprok serta pengolahan hasil jeruk dengan menggunakan teknologi pengolahan sederhana yang memiliki prospek hasil ganda dari penanaman jeruk keprok.
Untuk masalah penggunaan teknologi pertanian atau perkebunan yang tradisional dupayakan melalui sosialisasi manfaat teknologi pertanian dan perkebunan sederhan serta lobi bantuan teknologi sederhana pada pihak pemerintah atau non pemerintah.
Bidang Peternakan
Permasalahan urgen di bidang peternakan melalui program penggemukan sapi (paronisasi) memiliki permasalahannya urgen yakni kekurangpemahaman masyarakat terhadap subsatansi atau pokok implementasi program ini yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarat secara bertahap dan bergulir. Maksudnya ialah oleh karena sifat metode pelaksanaan program ini bersifat terbatas secara kuantitatif (jumlah) pengelola atau tepatnya setelah sejumlah keluarga mengembangkan ternak sapi yang dipercayakan kepada mereka), maka mereka diharuskan mengembalikan modal kepada pemerintah dan kemudian dilanjutkan kepada warga yang belum memperolehnya. Namun, karena kesadaran ini belum terinternalisasi dalam diri keseluruhan masyarakat yang dipercayakan untuk mengelola, maka ternak yang dipercayakan kepada mereka ada yang dibeli dengan bobot dibawah standar bobot sapi yang seharusnya. Ada indikasi minimalisasi anggaran pembelian sapi dari masyarakat pengelola sehingga memperoleh sisi anggaran pembelian sapi yang mereka terima.
Karena sifat program ini bersifat terbatas dan bertahap, maka efektifitas dan efisiensi pemeliharaan menjadi hal yang harus diperhitungkan dengan baik oleh, baik penyelenggara, pemerintah dan masyarakat. Dari upaya pemantauan jalannya program ini, diketahui bahwa karena masyarakat memiliki pemahaman yang rendah tentang paronisasi, maka target yang ingin dicapai berdasarkan bobot tertentu yang ditaksir dapat memberikan keuntungan kepada masyarakat sebagai pengelola sulit dipastikan. Misalnya, dalam upaya paronisasi ini, pakan yang dapat merangsang pertumbuhan sapi menjadi lebih cepat belum dapat diupayakan atau bagaimana masyarakat dapat menanggulangi sapi yang sakit dan karena tidak tertolong, sapi yang dipelihara mati. Oleh karena itu, upaya pendampingan program paronisasi ini secara teliti dan intensif, sehingga melalui program ini, tujuan yang ingin dicapai yakni meningkatnya kesejahteraan masyarakat dapat terealisasi.
Kelemahan di bidang ekonomi yaitu terbatasnya ketersediaan modal. Sebagai unsur esensial dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat pedesaan, keterbatasan modal dapat membatasi ruang gerak aktivitas sektor pertanian dan pedesaan. Dalam jangka panjang, kelangkaan modal bisa menjadi entry point terjadinya siklus rantai kemiskinan pada masyarakat pedesaan yang sulit untuk diputus.
Bidang Ekonomi
Hambatan yang terdapat dalam upaya pengembangan di bidang ekonomi yaitu terbatasnya ketersediaan modal untuk pengembangan usaha kecil dan mikro. Hambatan dari segi ekonomi juga berkaitan dengan integrasi pengembangan industri mikro dan kecil dengan sub bidang lainnya yang menopang keterciptaan mobilisasi ekonomi pedesaan seperti bidang pertanian, perkebunan, peternakan, kerajinan dan lain sebagainya.
Dari segi SDM, pengembangan bidang ekonomi juga masih merupakan hambatan yang signifikan. Karena melalui kapasitas SDM yang kuat di bidang ekonomi, maka baru dapat dibangun serta digerkannya ekonomi mikro dan kecil melalui konsep industri kecil di wilayah desa.
Ekonomi
Terdapat 3 (tiga) permasalahan dalam upaya pembangunan ekonomi desa. Pertama, merupakan masalah yang cukup prinsip dari sektor ekonomi sebagai pilar pembangunan desa ialah ketidaktersediaan modal untuk pengembangan usaha mikro dan kecil. Sektor industri kecil sulit hidup di desa lantaran masyarakat yang merupakan petani tidak memiliki modal usaha.
Kedua, permasalahan pengembangan ekonomi desa juga berkaitan dengan terfrakmentasinya atau tidak terintegrasinya pengembangan industri mikro dan kecil dengan sub bidang lainnya yang menopang keterciptaan mobilisasi ekonomi pedesaan seperti bidang pertanian, perkebunan, peternakan, kerajinan dan lain sebagainya.
Ketiga, dari segi SDM, pengembangan bidang ekonomi juga masih merupakan masalah yang signifikan sifatnya. Karena melalui kapasitas SDM yang kuat di bidang ekonomi, maka baru dapat dibangun serta digerkannya ekonomi mikro dan kecil melalui konsep industri kecil di wilayah desa.
1.3 Penentuan Rencana Kegiatan Berdasarkan Urgensi
1.3.1 Kegiatan Fisik
Praktek pembuatan sirup jeruk dan observasi serta partisipasi dalam kegitan kelompok tani dan ternak.
1.3.2 Kegiatan Non Fisik
Dari 3 (tiga) permasalahan dalam upaya pembangunan ekonomi desa, yang paling urgen adalah peningkatan dan pengembangan SDM bidang ekonomi mokro dan kecil seperti sosialisasi dan pelatihan pengelolaan koperasi koperasi atau KUD desa. Selain itu, ketidaktersediaan modal untuk pengembangan usaha mikro dan kecil diupayakan melalui lobi program bantuan pihak kedua atau ketiga dengan bunga yang rendah atau tanpa bungan. Sedangkan untuk masalah terfrakmentasinya atau tidak terintegrasinya pengembangan industri mikro dan kecil dengan sub bidang lainnya yang menopang keterciptaan mobilisasi ekonomi pedesaan diupayakan melalui pengadaan lembaga ekonomi barbasis rakyat untuk melakukan riset potensi pengembangan ekonomi desa, strategi pengembangan ekonomi, arah dan kebijakan serta program-program industrialisasi desa berskala mikro dan kecil dan pembukaan pasar desa.
a. Pembuatan Media Pendidikan Rakyat dalam bentuk News Letter yang direncanakan terbit setiap bulan.
b. Pelaksanaan pelatihan jurnalistik desa untuk pengelolaan media Pendidikan Rakyat.
c. Pengadaan Taman Baca Masyarakat (TBM).
d. Pelatihan pembuatan sirup jeruk.
e. Pendampingan pengembagan kelompok tani dan peternakan.
f. Sosialisasi pembangunan ekonomi mikro dan kecil berbasis koperasi.




















BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN / PROGRAM
2.1 Kegiatan / Program fisik
Praktek pembuatan sirup jeruk dan observasi serta partisipasi dalam kegitan kelompok tani dan ternak.
2.2 Kegiatan / Program Non fisik
a. Pembuatan Media Pendidikan Rakyat.
b. Pelaksanaan pelatihan jurnalistik desa untuk pengelolaan media Pendidikan Rakyat.
c. Pengadaan Taman Baca Masyarakat (TBM).
d. Pelatihan pembuatan sirup jeruk.
e. Pendampingan pengembagan kelompok tani dan peternakan.



















BAB III
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN / PROGRAM
3.1 Tingkat Pencapaian Kegiatan / Program
a) Pembuatan Media Pendidikan Rakyat.
Pembuatan media ini dilatarbelakangi oleh kesadaran akan kondisi keterbukaan dan mobilitas penggunaan atau pemanfaatan IPTEK, khususnya dalam bidang teknologi informasi media masa, dimana media dipandang sebagai pilar utama dalam penyebaran kemajuan serta perkembangan IPTEK bagi masyarakat. Ironisnya, jika kita melakukan perbandingan objektif berdasarkan kondisi riil dalam hal keterbukaan dan pemerataan kesempatan masyarakat dalam memanfaatan IPTEK, termasuk juga teknologi informasi, terdapat semacam kesenjangan atau gap yang jelas antara kota dan masyrakatnya dengan desa dan masyarakatnya. Gap ini tidak lain adalah fakta bahwa visi pembangunan berjalan secara asimetris. Dimana masyarakat kota mendominasi pemanfaatan IPTEK, sedangkan masyarakat desa terisolasi dari IPTEK. Masyarakat kota memiliki mobilitas yang tinggi dalam pemanfaatan IPTEK tetapi masyarakat desa memiliki mobilitas yang rendah atau bahkan tidak mobil terhadap IPTEK.
Dengan demikian, salah satu wujud yang perlu diupayakan guna membangun masyarakat desa adalah dilakukan reorientasi pembangunan desa dan masyarakatnya, sehingga terjadi keterbukaan dan pemerataan akses serta mobilitas IPTEK bagi mereka. sebab, langkah ini merupakan sebentuk terobosan fundamental dan strategis yakni membangun invrastruktur manusia desa sebelum membangun invrastruktur fisik.
Adapun maksud dan tujuan program dimaksud ialah: Maksud; 1) menyediakan media edukatif alternatif bagi pemerintah dan masyarakat pedesaan, 2) mendekatkan media informasi edukatif dengan masyarakat pedesaan. Serta menjadikan media informasi edukatif sebagai bagian dalam keseharian masyarakat, 3) meminimalisir bahkan menghilangkan kesenjangan akses dan mobilitas media informasi masyarakat pedesaan di tengah cepat dan pesatnya perkembangan IPTEK, khususnya akses dan mobilitasnya terhadap media informasi, 4) menjadikan masyarakat sebagai prakarsa dan pelaku aktif berpoperasinya media informasi edukatif, 5) menyediakan wadah informasi edukatif bagi masyarakat pedesaan yang relevan dengan kebutuhan dan permasalahannya, 6) merangsang partisipasi aktif dan langsung bagi masyarakat desa dalam mengawal proses pembangunan sumber daya manusia dan alam di pedesaan. Tujuan; 1) tumbuhnya keterbukaan, pemerataan serta meningkatnya mobilitas masyarakat pedesaan dalam hal pengenalan, pemahaman serta pemanfaatan media informasi edukatif, 2) pemerintah dan masyarakat pedesaan memiliki kelengkapan pengetahuan dan keterampilan jurnalitik serta cara pengelolaannya, sehingga dapat berperan sebagai garda depan pemberdayaan SDM dan SDA di pedesaan, 3) tumbuhnya transrofmasi kesadaran, partisipasi dan sinergitas antar pemerintah dan masyarakat dalam mengawal pembangunan pedesaan, baik strategi arah dan tujuan serta sasaran pembangunan, 4) terwujudnya masyarakat pedesaan yang cerdas, kritis, inovatif, konstuktif dan demokratis.
Tingkat Capaian.
Karena sifat program ini jangka panjang, sulit untuk memberikan indikator secara kuantitas terkait tingkat capaian atau raihan dari pelaksaaan prorgam ini. Namun, dapat dideskrpsikan sejauhmana program ini berjalan. Dari segi ide program ini memdapatkan antuasiasme yang tinggi dari pemerintah, masyarakat serta beberapa LSM yang beroperasi di desa. Upaya penggalangan dukungan diperoleh dari beberapa pihak seperti Infokom Kabupaten TTS dan LPID Kupang. Dukungan dari Pemerintah propinsi juga diperoleh melalui alokasi dana percetakan pada Oktober 2009 (belum bisa dipastikan besarannya), dan dari pihak PLS TTS. Oleh karena itu, program ini masih tetap berjalan sambil mempersiapkan berbagai macam kebutuhan pendukung terealisasinya program dimaksud.
b) Pengadaan Taman Baca Masyarakat (TBM).
Pengadaan Taman Baca Masyarakat (TBM) dilatarbelakangi oleh kesadaran bahwa membangun sebuah komunitas masyarakat yang kuat tak akan dapat lepas dari kebiasaan komunitas itu dalam berusaha membekali diri dengan ilmu pengetahunan. Terlalu naif jika semua hal yang bersinggungan dengan peningkatan sumber daya manusia hanya dititikberatkan pada kegiatan pembelajaran formal belaka. Pemerintah harus sudah mulai dengan kesungguhan untuk memberikan solusi tepat agar masyarakat dapat mencari ilmu diluar pendidikan formal. Salah satunya adalah Perpustakaan.
Perpustakaan memberikan sumbangsih besar dan signifikan dalam merangsang pencapaian tujuan SDM tidak hanya di wilayah perkotaan melaikan juga di pedesaan. Manfaat perpustakaan diyakini akan menjadi sarana transformatif bagi masyarakat desa apabila strategi yang penuh dengan stimulasi edukatif perpustakaan, masyarakat yang giat membaca bebar-benar akan bergerak menuju pembangunan SDM yang handal di era otonomi daerah. Dengan demikian, peran serta masyarakat dalam membangun, menuntut, mencerdaskan bangsa, yang tak terpisahkan dengan menggapai cita-cita masa depan SDM yang berkualitas, berfikir kritis dan mandiri.
Kehadiran perpustakaan melalui di wilayah desa merupakan wujud pendekatan pembangunan dari akar bangsa yaitu desa atau tepatnya masyarakat desa. Sebagaiman yang telah dan masih sedang dijalankan oleh pemerintah melalui program Taman Baca Masyarakat (TBM), pendekatan ini dinilai strategis, sebab melalui kehadiran perpustakaan desa, stimulasi terhadap niat baca masyarakat pedesaan membentuk sikap dan kesadaran bahwa membaca adalah kebutuhan hidup. Selain itu, keberadaan perpustakaan di wilayah pedesaan juga merupakan upaya memasyarakatkan membaca atau membudayakan membaca menjadi budaya masyarakat desa. Dengan begitu, masyarakat desa tidak akan terus termarjinalisasi dalam proses peningkatan SDM serta dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Adapun tujuan dan manfaat pengadaan Taman Baca Masyarakat ialah: Tujuan: 1) membangun Sumber Daya Manusia masyarakat pedesaan, 2) membudayakan dan memasyarakatkan membaca dikalangan masyarakat desa, 3) membekali masyarakat desa dengan sumber-sumber informasi mutakhir yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan wilayah pedesaan, 4) mengupayakan pemerataan dan peningkatan kualitas pengetahuan dan keterampilan masyarakat desa dalam berinovasi dan berkreasi. Manfaat: 1) masyarakat desa memperoleh keluasan akses terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui sumber-sumber bacaan yang tersedia di TBM, 2) masyarakat desa memiliki kebiasaan terpola hidupnya dengan membaca, 3) meningkatnya pengetahuan, kecerdasan, keritisan dan kemandirian masyarakat desa, 4) meningkatnya memiliki daya inovasi dan kreatifitas pengembangan keterampilan (live skill) yang dapat menolong mereka hidup secara produktif, 5) masyarakat dan pemerintah mengalami sinergitas dalam penyelenggaraan pembangunan desa di segala bidang.
Tingkat Capaian.
Tingkat pencapaian program Taman Baca Masyarakat (TMB) sampai pada tahapan pembasisan opini dimasyarakat untuk menggalan ninat baca dan menulis bagi masyarakat desa. Selain itu, upaya lobi dan kesepakan program dengan Dinas pendidikan dan Kebudayaan TSS, Sub Bidang Pendidikan Kemasyarakatan untuk memasukan proposal pengusulan TBM di desa Binaus pada Tahun Anggaran 2010 nanti. Sementara ini proposal telah dimasukan kepada Sub Bidang Penmas dan menunggu realisasinya. Program TBM secara khusus diorientasikan untuk pengembangan live skiil kelompok-kelompok pekarya di desa, sehingga terjadi tranformasi dalam peran mereka sebagai kekuatan sosial kemasyarakatan yang pada akhirnya akan melahirkan tranformasi secara komprehensif di masyarakat desa. Perluasan jejaring bagi realisasi program ini juga dilakukan melalui diskusi intensif dengan beberapa NGO yang memiliki visi dan misi yang sejalan dengan program ini, baik dalam bentuk join program atau donatur. Pembentukan Relawan Muda Bangun Desa juga dalam perampungan kelengkapan struktur pengelolaan.
c) Pelatihan pembuatan sirup jeruk. Pelatihan pembuatan Sirup Jeruk Keprok Soe dilatarbelakang oleh 3 hal yakni: pertama, Jeruk Keprok SoE (JKS), salah satu komoditi buah paling unggul dari Pulau Timor. Bahkan pada tahun 2003 lalu, dalam kegiatan Pameran Buah Nasional, JKS memperoleh sertifikat sebagai varietas buah jeruk yang paling unggul dengan rasa yang khas serta tampilan tekstur buah paling indah dan paling populer, dan memiliki banyak kandungan vitamin yang bergunan bagi kesehatan manusia. Ini dibuktikan dengan minat orang menjadikan buah JKS sebagai oleh-oleh atau 'buah tangan' ketika singgah di SoE, ibukota Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), saat melakukan perjalanan darat dari Atambua ke Kupang atau sebaliknya. Varietas buah JKS memang sangat memesona, baik rasa maupun tampilan tekstur buahnya yang indah. Namun, pada musim bebuahan terakhir, JKS seringkali tidak dapat dimanfaatkan secara baik karena buahnya yang agak kecil, berkerut dan terasa tawar atau agak masam. Kondisi ini, membuat para petani membuang atau membiarkan buat tersebut kering atau jatuh membusuk. Walaupun terasa lumrah, namun ini merupakan gambaran kekurang produktif masyarakat dalam mengolah bahan mentah ini menjadi produk olahan yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang dapat menambah pengasilan para petani.
Kedua, pemanfaatan teknologi tepat guna bagi kegiatan pengabdian pada masyarakat masih belum dirasakan masyarakat di daerah pedesaan. Padahal daerah pedesaan memiliki potensi sumber daya alam dan manusia yang berlimpah untuk diberdayakan secara maksimal. Untuk itu, upaya pemerintah desa harus beperan aktif, guna mengembangkan pemanfaatan teknologi tepat guna di daerah pedesaan. Sedangkan, peran Pemerintah Daerah dapat dilakukan dengan mengalokasikan anggaran khusus, untuk membangkitkan industri-industri yang berbasis teknologi tepat guna di daerah pedesaan.
Gaung teknologi tepat guna yang belum dirasakan selama ini oleh masyarakat pedesaan karena minimnya dukungan dari pemerintah pusat pula, untuk menstimulasi masyarakat, baik dari sisi pendanaan maupun dari sisi tekhnologi. Karena minimnya dukungan pada dua hal tersebut, maka potensi-potensi yang semestinya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat pedesaan, sebagai pemanfaatan teknologi tepat guna, menjadi hilang dan tidak tergali, semestinya pemerintah pusat dapat memfasilitasi masyarakat pedesaan, dengan pembangunan infrastruktur seperti jalan dan bangunan pabrik, yang terencana secara sistematis, agar masyarakat serta pemerintah daerah setempat terdorong untuk menggalakkan teknologi tepat guna. Sehingga, konsep desa mandiri terwujudkan dengan memprioritaskan pada penggunaan teknologi tepat guna, yang berbasis pada masyarakat pedesaan.
Ketiga, merupakan langkah introduksi teknologi produksi dan teknologi pemasaran dengan mengembangkan lembanga koperasi desa. Bahkan lebih strategis lagi hal untuk mengupayakan pengembangan jeruk dan roduksi hasil jeruk dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan setempat serta pembangunan kerja sama lintas sektoral di ranah pemerintah dan dengan didukung pihak swasta.
Tingkat pencapaian
Tingkat pencapaian dari kegiatan ini ialah masyarakat dan mahasiswa memiliki keterampilan pengolahan jeruk menjadi sirup jeruk dan babarapa botol sirup jeruk. Upaya pengembangan usaha merupakan target selanjutnya yang diupayakan. Hasil pembuatan sirup jeruk kemudian dibawa untuk di uji kelayakannya ke Balai Pengawasan Obat dan Makanan Propinsi NTT. Selain itu, upaya membangun kerjasa sama dengan pihak DIKTI juga coba diupayakan untuk melakukan penelitian berbasis masyarakat khususnya untuk pengolahan sirup jeruk. Upaya memperoleh bantuan teknologi sederhana, bantuan dana usaha dan peningkatan keterampilan pengolahan juga diupayakan. Usaha lain yang coba dilakukan ialah melaksanakan lobi dengan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menegah untuk membagun lembaga usaha berbasis masyarakat melalui pembentukan koperasi desa. Selain itu upaya perluasan pasar juga dilakukan dengan mencari badan usaha yang dapat memasarkan produksi sirup yang diolah masyarakat.
d) Pendampingan pengembagan kelompok tani dan peternakan. Pendampingan kelompok penggemukan sapi (paronisasi) dilatarbelakangi oleh; pertama, kekurangpemahaman masyarakat terhadap subsatansi atau pokok implementasi program ini yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarat secara bertahap atau bergulir. Maka, kelompok diharuskan mengembalikan modal kepada pemerintah dan kemudian dilanjutkan kepada warga yang belum memperolehnya. Namun, karena kesadaran ini belum terinternalisasi dalam diri keseluruhan masyarakat yang dipercayakan untuk mengelola, maka ternak yang dipercayakan kepada mereka ada yang dibeli dengan bobot dibawah standar bobot sapi yang seharusnya. Kedua, karena sifat program ini bersifat terbatas dan bertahap, maka efektifitas dan efisiensi pemeliharaan menjadi hal yang harus diperhitungkan dengan baik oleh, baik penyelenggara, pemerintah dan masyarakat. Dari upaya pemantauan jalannya program ini, diketahui bahwa karena masyarakat memiliki pemahaman yang rendah tentang paronisasi, maka target yang ingin dicapai berdasarkan bobot tertentu yang ditaksir dapat memberikan keuntungan kepada masyarakat sebagai pengelola sulit dipastikan. Misalnya, dalam upaya paronisasi ini, pakan yang dapat merangsang pertumbuhan sapi menjadi lebih cepat belum dapat diupayakan atau bagaimana masyarakat dapat menanggulangi sapi yang sakit dan karena tidak tertolong, sapi yang dipelihara mati. Demikian maka, penting untuk diperhatikan oleh pihak penyelenggara program untuk memberikan pendampingan program paronisasi ini secara teliti dan intensif, sehingga melalui program ini, tujuan yang ingin dicapai yakni meningkatnya kesejahteraan masyarakat dapat terealisasi.
Pendampingan dilakukan dengan melakukan survei dan wawancara kepada kelompok pengelola ternak untuk mengetahui tujuan program, sistem program, cara pengelolaan program, dan hasil pengelolaan program. Kemudian masalah-masalah yang dihadapi dalam pengelolaanlah yang dibantu. Seperti pengolahan pakan bergisi, teknik penggolahan ternak mengunakan teknologi sederhana, faksinasi dan lainnya.


Tingkat Pencapaian
Hasil pendampingan dengan kelompok peternak sapi ialah memberikan pemahaman kepada masyarakat berkaitan dengan substansi program paronisasi yang digulirkan pemerintah. Apaya pelatihan pembuatan pakan ternak menggunakan teknologi pengolahan pakan yakni mesin pemotong kingres atau rumput gajah juga dipersipakan. Sedangkan untuk upaya perawatan ternak hanya sebatas memberikan masukan pemikiran (kritik dan saran) kepada pemerintah untuk mengevaluasi formula paronisasi melalui sistem pengembangan terpadu.
3.2 Hambatan Dalam Pelaksanaan Kegiatan atau Program
a. Pembuatan Media Pendidikan Rakyat.
Hambatan pembuatan media pendidikan rakyat lebih pada faktor dana percetakan. Walaupun berbagai macam upaya penggalangan dana telah diupayakan, namun tidak diperoleh. Hanya perolehan dukungan lay out dari pihak Infokom TTS.
a. Pengadaan Taman Baca Masyarakat (TBM).
Hambatan dalam pengadaan TBM ialah dukungan donatur dari pihak Pemerintah Daerah atau swasta yang masih kurang untuk memajukan SDM masyarakat desa. Nampaknya, perhatian pemerinyah cukup rendah dalam hal pengembangan SDM desa.
b. Pelatihan pembuatan sirup jeruk. Hambatan dalam kegiatan ini ialah kurang waktu karena sifat programnya jangka panjang. Selain itu, dukungan program pemerintah belum begtu terlihat. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak seriusnya pemerintah dearah untuk membangun kemandirian masyarakat desa khususnya di bidang pertanian dan usaha kecil dan mikro dengan program koperasi serta industri kecil berbasi masyarakat pedesaan. Selain itu, masyarakat dan pemerintah juga belum begitu menyadari manfaat teknologi sederhana bagi peningkatan produksi pertanian dan perkebunan.
c. Pendampingan pengembagan kelompok tani dan peternakan. Pendampingan ini mengalami hambatan yakni lemahnya upaya Pemerintah Dearah dalam membangun basis peternakan masyarakat secara lebih maju. Dukungan dana masih terbatas, teknologi, obat-obatan dan pendampingan untuk penguatan kapasitas SDM kelompok peternakan.


























BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a) Di bidang pendidikan, orientasi pembangunan desa memang telah mengacu pada kebutuhan pembangunan SDM masyarakat desa. Namun, terdapat beberapa kelemahan berkaitan dengan prioritas pembangunan SDM yakni lebih banyak pembangunan di bidang pendidikan diorientasikan pada pembangunan yang sifatnya fisik atau mengurgenkan pembangunan infrastruktur fisik. Sedangkan, pembangunan infrastruktur manusia atau Human Capital (SDM) seringkali menjadi nomor ke-2 dari upaya pembangunan di bidang pendidikan.
b) Dari segi pembangunan di pendidikan non formal terlihat jelas bahwa pemerintahan desa melaksanakan secara optimal paya yang disebut sebagai otonomi desa. Implementasi kebebasan atai lebih tepatnya independensi kewenangan desa, telah memberikan kontribusi signifikan bagi penataan SDM melalui bidang non formal. Oleh karena itu, beberapa program pembangunan human capitas berbasis masyarakat dengan dukungan sumber-sumber informasi dan pengetahuan serta teknologi yang sederhana dipandang sebagai langkah strategis, guna mengisi kelemahan peran Pemerintah Daerah dalam hal mendukung Pemerintah Desa membangun masyarakatnya, baik dari segi, dana, sarana dan prasarana bahkan yang paling penting ialah penguatan kapasitas.
c) Pengembangan di bidang pertanian dan perkebunan juga mengalami kendala signifikan yakni masalah penguasaan lahan yang tidak merata memunculkan masalah lanjutan yakni sedikitnya tenaga pengelola lahan serta menyebabkan pula tidak dapat dimanfaatkannya banyak lahan atau lahan tidak produktif. Upaya sertivikasi lahan merupakan alternatif dalam pemanfaatan lahan secara optimal bagi peningkatan produksi pertanian dan perkebunan.
d) Penanaman tanaman umur panjang masih merupakan kendala yang signifikan dalam upaya peningkatan jumlah produksi pertanian dan perkebunan. Hal ini diakibatkan oleh ketidakpemerataan penguasaan lahan, terbatasnya tenaga pengelolan, bencana longsor dan kemarau juga memberikan sumbangsih negatif bagi pembangunan di sektor ini.
e) Orientasi penguatan lembaga ekonomi kerakyatan di desa merupakan hal prinsil dan urgen dalam mencapai penguatan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat atau singkatnya untuk menciptakan masyarakat mandiri. Oleh karena itu, pedekatan pembangunan ekonomi yang sifatnya personal kurang cocok diterapkan di desa. Pendekatan yang sifatnya kolektif atau kelompok jauh lebih tepat gunan menggalang solidaritas pembangunan ekonomi. Hal ini dapat dilakukan melalui program koperasi dan industri kecil yang dikelola secara kolektif.
f) Selain itu, penguatan kapasitas SDM masyarakat di bidang ekonomi juga merupakan faktor mendasar yang menjadi prasyarat terciptanya mobilisasi karya atau kegiatan produktif sesuai dengan keunggulan potensi desa dan sesuai pula dengan potensi pasar. Integrasi pengembangan ekonomi masih belum terlihat dalam pembanguna di bidang ekonomi. Kelompok ekonomi yang berorientasi pada produksi sumber daya pertanian unggulan atau primadona masih merupakan peluang pengembangan ekonomi yang memiliki prospek tinggi. Upaya yang dapat dilakukan ialah homogenisasi pertanian, inovasi teknologi prioritas, ketersediaan pupuk, air, pestisida, garding buah, dukungan modal, laboratorium pengembangan, dan lainnya.
4.2 Rekomendasi Kegiatan untuk KBPM Periode Berikutnya
a) Pembagaunan SDM masyarakat desa melalui program pengedaan media pendidikan rakyat yang telah dirintis.
b) Penyelenggaraan Taman Baca Masyarakat yang akan direalisasikan pada tahun 2010.
c) Penguatan SDM aparatur desa melalui program pelatihan pembuatan Restra Desa, RPJM Desa, Pelatihan Pembuatan Perdes, riset pertumbuhan domestik regional Bruto (PDRB) Desa.
d) Pembentukan Kelompok Tani Berbasis Rakyat.
e) Pengembagan Sentra produksi jeruk keprok dan pengolahan jeruk keprok menjadi sirup.
f) Pengembangan kelompok usaha barbasis rakyat melalui pembangunan koperasi desa.


LEMBARAN PENGESAHAN LAPORAN INDIVIDU
LAPORAN AKHIR INDIVIDU
KBPM UKAW TAHUN 2009



DOSEN PENDAMPING


MAHASISWA KBPM
CHRISTIAN MANU, SE ROSINTA LADO









KEPALA DESA BINAUS



NAHOR TASEKEB









KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehaditar Tuhan Yang Maha Esa, kerena rahmat-Nya seluh rangkaian Kegiatan Belajar dan Pendampingan Masyarakat (KBPM) serta Laporan Akhir Individu ini dapat diselesaikan dengan baik. Membicarakan tentang latar belakang Kegiatan Belajar dan Pendampingan Masyarakat (KBPM), maka tidak dapat dilepaskan dari citra Universitas sebagai suatu badan otonom yang betujuan mencari demi kebenaran itu sendiri. Selain itu, sebagaimana dianut oleh kelompok yang mengemukakan konsep tentang “Universitas Kritis”, dimana Universitas dipandang sebagai sebuah kesatuan sosial. Oleh karenanya, Universitas tidak telepas dari dinamika atau pergulatan internal masyarakat. Dan karena eksistensinya integral dengan masyarakat, maka mau tak mau (harus) menyatakan perannya dalam menyelesaikannya. Atau singkatnya, universitas dipandang sebagai agen perubahan sosial.
KBPM merupakan bagian integratif dari Try Dharma Perguruan Tinggi (PT) yakni pengajaran, penelitian dan khusunya pengabdian pada masyarakat. Dengan perubahan paradigma dalam konteks pengabdian masyarakat yang diemban universitas, maka pengejewantahan pengabdian masyarakat oleh universitas memperoleh cara pandang akan sesuatu atau memiliki model/pola ideal dalam mengimplemantasikan pengabdiannya. Atau singkatnya, keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik yang dimiliki bersama oleh Universitas serta masyarakat ilmiah untuk diterapkan sebagai cara memperoleh penyelesaian problem kemasyarakat.
Dalam konteks spresifikasi keilmuan, penulis selam masa KBPM telah berupaya semaksimal mungkin untuk mengimplementasikan apa yang dapat penulis lakukan sebagai seorang mahasiswa Fakultas Ekonomi. Diantaranya melakukan pengembangan kapasitas SDM pemerintah dan masyarakat melalui pelatihan pemnbuatan sirup jeruk Soe, pendampingan kelompok tani dan peternak serta pengupayaan pengembangan industri kecil berbasis masyarakat pedesaa. Yang kemudian didukung dengan media serta sumber pengetahuan dan informasi untuk pengembangan SDM masyarakat desa, khususnya pada ranah ekonomi kecil dan mikro. Walaupun, upaya yang dirasa telah maksimal, berbagai kekurangan tetap mewarnai keseluruhan proses belajar dan membelajarkan ini. Oleh kerena itu, kritik dan saran konstruktif secara terbuka penulis terima demi pengembangan diri dan keilmuan yang lebih mantap.
Lampiran 1. Foto Pendampingan Kelompok Tani






























Lampiran 2. Foto Pendampingan Kelompok Ternak













Lampiran 3. Foto Pelatihan Pembuatan Jus/Sirup Jeruk






























LAPORAN AKHIR INDIVIDU
KBPM UKAW TAHUN 2009
Di Lokasi Desa Binaus, Kecamatan Mollo Tengah
Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS)
Logo













FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA
KUPANG
2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar